Raden Saleh Adalah Pelukis Besar Indonesia Yang Bekerja Untuk Warga Negara Belanda Bernama – Nama Raden Saleh sebagai salah satu pelukis besar yang lahir di Nusantara mungkin tidak setenar nama-nama pelukis legendaris lainnya seperti Basuki Abdullah atau Affandi. Masa hidup Raden Saleh yang terbentang jauh pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-19, ketika nama Indonesia bahkan belum lahir, sebenarnya membuat karya rintisannya sebagai pelopor seni rupa modern Indonesia kurang dikenal. Apalagi koleksi lukisan Raden Saleh yang kini bernilai puluhan miliar rupiah, jarang dipamerkan di Indonesia. Koleksi lukisan dan gambar Raden Saleh dipamerkan secara tunggal di Indonesia pada Juni 2012 di Galeri Nasional Jakarta.
Meski sosoknya kurang dikenal, salah satu karya terpenting Raden Saleh, yakni lukisan sejarah Penangkapan Pangeran Diponegoro, sangat terkenal di Indonesia dan melahirkan banyak tafsir. Dari tafsir Raden Saleh yang mendukung kolonialisme, hingga tafsir sebaliknya yang menyebut lukisan itu sebagai bentuk kritik Raden Saleh terhadap praktik kolonialisme Belanda di tanah Jawa atau Nusantara. Terlepas dari kontroversi tersebut, banyak orang setuju bahwa Raden Saleh adalah pelukis pribumi pertama yang memperkenalkan teknik melukis modern ke nusantara. Raden Saleh juga merupakan pelukis Indonesia pertama yang lukisannya dipamerkan dan dikoleksi di sejumlah museum di Eropa.
Raden Saleh Adalah Pelukis Besar Indonesia Yang Bekerja Untuk Warga Negara Belanda Bernama
Raden Saleh Syarif Bustaman lahir di Terboyo Semarang pada tahun 1811 dari pasangan keturunan Arab Jawa, Sayid Husen Bin Alwi Bin Awal dan Raden Ayu Sarif Husen. Sejak kecil, Raden Saleh tinggal bersama pamannya, Raden Adipati Surohadimenggolo, seorang Bupati Semarang yang dikenal berpendidikan. Sang paman pernah membantu Stamford Raffles menerjemahkan sejumlah teks dari sastra Jawa klasik, beberapa di antaranya digunakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda sebagai bahan penulisan bukunya yang terkenal The History of Java. Pada tahun 1822, Raden Saleh didaftarkan untuk belajar di sekolah bangsawan pribumi yang baru dibuka di Cianjur, Jawa Barat. Berkat pergaulannya yang luas, Raden Saleh yang bakat menggambarnya sudah terlihat sejak kecil bisa bertemu dan belajar dari A.A.J Payen, pelukis Belgia yang dibawa ke Hindia Belanda untuk melukis pemandangan nusantara. . Pada tahun 1829, pemerintah Hindia Belanda atas saran Payen mengirim Raden Saleh ke Belanda untuk belajar melukis. Pengalaman belajar dan tinggal di Belanda dan sejumlah negara Eropa lainnya kemudian sangat mempengaruhi gaya dan pemikiran lukisan Raden Saleh.
Balasan Dari Raden Saleh,
Petualangan hidup Raden Saleh di Eropa dimulai di Belanda, lima tahun pertamanya di Eropa dihabiskan oleh Raden Saleh belajar banyak hal mulai dari mendalami bahasa Belanda hingga belajar teknik melukis potret dari pelukis istana kerajaan Belanda Cornelis Krusemen dan belajar melukis tema pemandangan alam dari Andries Schelfhout . Lambat laun, nama Raden Saleh mulai dikenal masyarakat Belanda.Selain berkesempatan menggelar pameran di Den Haag, Raden Saleh kerap diminta memotret sejumlah anggota keluarga kerajaan Belanda dan para pejabat kerajaan. Tak jarang lukisan Raden Saleh membuat orang Belanda terkagum-kagum. Ketika beasiswanya habis, Raden Saleh melamar untuk tinggal di Belanda dan mempelajari ilmu-ilmu lain.
Pada tahun 1839, pemerintah Hindia Belanda mengutus Raden Saleh dalam perjalanan kesenian ke sejumlah negara Eropa. Dia mengunjungi dan tinggal selama beberapa bulan di Düsseldorf Frankfurt dan Berlin Jerman sebelum mengunjungi Dresden dan jatuh cinta dengan kota tersebut. Raden Saleh memutuskan untuk tinggal di Dresden selama kurang lebih 5 tahun di kota itu. Juga di Dresden, dia adalah tamu kehormatan Kekaisaran Jerman. Kehadirannya diterima oleh para bangsawan untuk pertama kali dalam hidupnya, Raden Saleh merasa diperlakukan setara sebagai manusia. Situasi ini membuatnya bebas menemukan ekspresi artistik dan kepercayaan diri sebagai seorang seniman.
Lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Raden Saleh pada tahun 1857. (Sumber: Majalah Historia diakses 26 November 2020)
Raden Saleh juga tidak segan-segan menunjukkan jati dirinya sebagai orang Asia, Jawa, dan sebagai Muslim. Selama di Dresden, Raden Saleh menjalin persahabatan erat dengan seorang bangsawan terhormat bernama Mayor Friedrich Anton Serres. Salah satu jejak persahabatan Raden Saleh dengan keluarga besar Serres terlihat pada bangunan musholla yang dibangun oleh keluarga Serres. Mushola memang dibuat untuk menghormati Raden Saleh, di musholla ini terdapat tulisan Raden Saleh dalam bahasa Jawa dan Jerman yang berbunyi “Hormatilah Tuhan, cintailah manusia”. Didorong oleh jiwa seninya, Raden Saleh pergi ke Perancis pada tahun 1845 dan menetap selama 5 tahun. Di Paris, pengetahuan Raden Saleh tentang seni dan pengetahuan meningkat. Ia banyak menyerap pengaruh gaya romantisme pelukis legendaris Prancis Eugene Delacroix, yang kerap menekankan unsur drama dalam lukisannya. Pada tahun 1846, bersama pelukis Prancis Horace Vernet, Raden Saleh menghabiskan beberapa bulan di Aljazair. Di koloni Perancis ini, Raden Saleh terinspirasi untuk melukis adegan perkelahian hewan liar yang menjadi salah satu tema favoritnya dalam lukisannya. Selama di Perancis, Raden Saleh menyaksikan Revolusi Februari di Paris pada tahun 1848, yang juga mempengaruhi pandangan hidupnya. Di Prancis, Raden Saleh menggelar pameran sebanyak tiga kali, karya-karyanya diterima dengan baik oleh para penikmat seni dan kritikus di negeri itu.
Seniman Seni Rupa Indonesia Yang Mendunia
Ketika akhirnya kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1851, Raden Saleh telah menjadi manusia baru. Raden Saleh menjelma sebagai manusia dengan pemikiran dan perilaku modern. Ketika kembali dari Eropa dan menetap di Batavia, Raden Saleh yang bekerja sebagai pelukis dan konservator lukisan untuk pemerintah kolonial Hindia Belanda merasa terasing dari lingkungannya. Sebagai orang yang menyerap budaya dan kehidupan Eropa dari Belanda di Nusantara, ia tetap dianggap pribumi yang tidak setara dengan orang Eropa. Sementara itu, Raden Saleh, ketika berinteraksi dengan masyarakat adat, baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata, juga kesulitan menemukan lawan bicara yang bisa menyamai tingkat ilmu dan pendidikannya. Kondisi ini membuatnya sangat kesepian.
Pada tahun 1855, Raden Saleh menikah dengan Constancia von Mansfeldt, seorang janda kaya dari Jerman. Pasangan ini kemudian membangun rumah megah di kawasan Cikini. Sayangnya, perlakuan diskriminatif yang diterima Raden Saleh kemudian menyebabkan dia menceraikan Constancia von Mansfeldt. Praktik diskriminatif yang dirasakan Raden Saleh mendorongnya untuk membuat lukisan yang mengekspresikan kritik terhadap kolonialisme Belanda di Jawa atau wilayah nusantara lainnya. Menurut semua pihak, nuansa kritik itu terlihat pada lukisan penangkapan Diponegoro, Banjir di Jawa dan pertarungan banteng melawan singa.
Potret Raden Syarif Bustaman karya Carl Johann Baehr sekitar tahun 1840. (Sumber: Majalah Historia diakses 26 November 2020)
Pada tahun 1867, Raden Saleh menikah dengan Raden Ayu Danudirja, seorang bangsawan dari Keraton Yogyakarta dan pindah ke Buitenzorg atau Bogor. Menjelang akhir hayatnya, Raden Saleh ditahan oleh para pengusaha kolonial Belanda karena dituduh mencetuskan pemberontakan gerakan Ratu Adil di Karawang dan Bekasi pada tahun 1867. Meski perjalanan hidupnya diwarnai kekecewaan dan kesepian, hidup Raden Saleh. , yang dilandasi semangat romantisme dan gagasan kemanusiaan, tetap menjadikannya sosok yang dicintai dan disegani. Ketika meninggal pada 23 April 1880, lebih dari 2.000 orang dari berbagai etnis dan kebangsaan mengikutinya ke pemakamannya di Kampung Emang, Bogor. Meski meninggal saat gagasan kebangsaan Indonesia belum dikenal, namun benih cinta tanah air yang ditunjukkan Raden Saleh menginspirasi banyak orang. Tak berlebihan bila penulis Pramoedya Ananta Toer pernah menyebut Raden Saleh sebagai pribadi bangsa pertama Nusantara.
Mengenal Raden Saleh, Pelukis Aliran Romantisisme Asal Indonesia #akubacaakutahu
Sejarah Narasi adalah media online yang berfokus pada bidang pendidikan dengan menghadirkan berbagai pengetahuan sejarah dalam berbagai bentuk seperti; artikel, poster, infografis, video dan konten lainnya.
Saya konten slide. Klik tombol Edit untuk mengubah teks ini. Lorem ipsum dolor sit amet, elite adipiscing consectetur. Out elite tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo. Raden Saleh: Berlayar ke Eropa saat berusia 8 tahun, diajari oleh pemerintah kolonial selama 23 tahun dan menjadi pelukis dengan semangat anti kolonial
Saat berusia 10 tahun, Raden Saleh diserahkan oleh orang tuanya kepada pamannya yang merupakan Bupati Semarang, Kyai Adipati Sura Adi Manggala. (Foto: bartelelegalerry.nl)
SINERGI JOGJA MEDIA – Beberapa waktu lalu bioskop Indonesia ramai membicarakan film Mencuri Raden Saleh karya Angga Dwimas Sasongko. Siapakah sosok Raden Saleh?
Pengetahuan: “raden Saleh Syarif Bustaman”
Raden Saleh Syarif Boestaman atau dikenal sebagai Raden Saleh adalah seorang pelukis Jawa dan Arab yang lahir pada tahun 1811 di Semarang. Raden Saleh adalah pelopor Romantisisme sekaligus pelukis modern pertama dari Indonesia atau lebih tepatnya Hindia Belanda saat itu.
Raden Saleh memiliki kesempatan besar untuk belajar melukis karena dia berasal dari keluarga bangsawan. Dengan latar belakang keluarganya, Raden Saleh akhirnya berkenalan dengan Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor dan dikenalkan dengan Antoine Auguste Joseph Payen, seorang pelukis lanskap atau
Jawa atau Mooi Indie, aliran seni lukis yang berkembang di Hindia Belanda pada abad ke-19. Pada tahun 1829, Raden Saleh berlayar ke Eropa karena mendapat beasiswa.
Raden Saleh pun menetap dan bekerja di Eropa selama 20 tahun. Dengan latar belakang tersebut, Raden Saleh memiliki hubungan yang erat dengan pemerintah Hindia Belanda.
Raden Saleh, Perupa Pertama Dari Jawa Yang Kuasai Eropa
Selama perjalanannya ke Eropa selama beberapa bulan, ia justru membantu membuat Raden Saleh tak kalah lihai melukis laut dibanding pelukis Eropa lainnya. Dalam lukisan Friederich Carl Albert Schreuel terdapat potret lukisan Raden Saleh
Populer di Eropa, Raden Saleh dianggap tidak pandai membuat lukisan bergenre ini. Tapi dia akhirnya menemukan genre yang dia kuasai, melukis binatang.
Selama di Den Haag, Raden Saleh tinggal bersama Jean Chrétien Baud, mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Baud yang memperkenalkan orang-orang berpengaruh kepada Raden Saleh, seperti Andreas Schelfhout dan Cornelis Kruseman, dua orang pelukis Belanda.
Raden Saleh pernah mengunjungi sirkus di Den Haag yang dipentaskan oleh Henri Martin, salah satu penjinak binatang terkenal dari Perancis. Raden Saleh pun mengambil kesempatan untuk melukis Henri Martin, sehingga ia diperbolehkan ke belakang panggung untuk melukis singa lebih dekat.
Kisah Hidup Pelukis Besar Surealisme
Jelas perasaan singa yang terluka. Raden Saleh sebenarnya terkenal dengan kemampuannya menampilkan adegan emosional. Di sinilah Raden Saleh melukis binatang liar lainnya,
Pelukis indonesia raden saleh, karya pelukis raden saleh, raden saleh adalah pelukis yang beraliran, foto pelukis raden saleh, rumah sakit raden saleh, klinik raden saleh, pelukis raden saleh, aliran yang digunakan oleh pelukis raden saleh adalah, rs raden saleh, klinik raden saleh cikini, aliran pelukis raden saleh, raden saleh adalah pelukis beraliran