Hukuman Yang Bersifat Mendidik Dan Mengingatkan Disebut – Visi pendidikan anak-anak keluarga muslim tidak hanya menjadikan anak pintar, memperoleh keterampilan dan bakat tertentu, dan bukan memperoleh profesi yang baik. Visi mendidik keluarga muslim terdapat dalam Tahrim ayat 6 dalam Al Quran, yaitu menjaga anak-anakmu dari api neraka! Anak yang bahagia dan sukses tidak hanya ada di dunia ini tetapi juga di akhirat.

Pada ayat selanjutnya dari surat yang sama, Allah mengingatkan kita bahwa pendidikan anak harus diarahkan ke akhirat, dan jika kita mengarahkan pendidikan anak kita hanya untuk dunia ini, kita akan menjadi seperti orang-orang kafir.

Hukuman Yang Bersifat Mendidik Dan Mengingatkan Disebut

Lalu di ayat 8, di surat yang sama, Allah mengingatkan kita untuk memperbanyak taubat. Taubat berbeda dengan istighfar, taubat dilakukan untuk kesalahan besar sedangkan istighfar dilakukan untuk kesalahan kecil.

Pdf) Keringanan Dalam Hukum Islam

Pada ayat 6, setelah Allah memberikan visi tentang pendidikan keluarga muslim, Allah mengingatkan kita untuk memperbanyak taubat. Mengapa demikian? Artinya, kesalahan dalam mendidik anak adalah kesalahan besar yang harus disesali, bukan hanya untuk dimaafkan. Kesalahan dalam mendidik anak akan merugikan anak di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, kita perlu mempelajari pendidikan anak dari generasi yang paling utama dan terbaik yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, Rosulullahu ‘alayhi wassalam dan para sahabat. Padahal, Allah memerintahkan generasi Nabi Musa alaihi salaam untuk belajar dari yang terbaik dari Taurat, sebagaimana Allah memerintahkan generasi Nabi Isa alaihi salaam untuk belajar dari para sahabatnya di dalam Alkitab. . Memang, ketika Taurat dan Injil diturunkan kepada umat Nabi Musa dan Nabi Isa, generasi Rasulullah sallallahu alaihi wasallam ini belum ada. Jika ummat terdahulu belajar dari generasi para sahabat, bukankah lebih tepat kita belajar dari Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan generasi para sahabat?

Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang pendidikan anak secara bertahap 1-3 tahun dan 4-6 tahun. Pembahasan ini akan mencakup pendidikan anak selama 7-9 tahun.

Pada tahap ini, anak merupakan peniru yang sangat baik, sehingga alangkah baiknya menanamkan kebaikan pada anak. Bagaimana? Dengan kata lain, dengan menciptakan relasi dengan Al-Qur’an bagi anak-anak, Al-Qur’an adalah sumber segala kebaikan, dan segala kebaikan terpusat padanya. Oleh karena itu, pada tahap ini, sebelum mengajarkan anak untuk mempelajari nilai-nilai Al-Qur’an atau menghafal Al-Qur’an, kembangkan rasa cinta anak. Dengan menciptakan cinta terlebih dahulu, anak lebih mudah menerima nilai-nilainya sendiri. Dengan menanamkan cinta terlebih dahulu, maka anak akan lebih mudah menghafal Al-Qur’an.

  Komputer Yang Terhubung Ke File Server Dalam Jaringan Disebut

Servant Of Allah — Maksud

Pertama, tentang interaksi sahabat dan salafush yang baik saat berkomunikasi dengan Al-Qur’an, bagaimana Allah memuliakan orang-orang yang dekat dengan Al-Qur’an, atau kisah 80 pemuda belajar Al-Qur’an* atau kisah Imam Syafi’i. adalah kisah inspiratif tentang menghafal Al-Qur’an untuk menginspirasi mereka.

Kedua, kaitkan pertanyaan anak dengan Al-Qur’an. Pada zaman dahulu para sahabat menjadi sangat dekat dengan Al-Qur’an, karena Allah mengajarkan kepada mereka untuk menyelesaikan segala urusan yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Ketika muncul masalah, mereka selalu menunggu wahyu dari Allah untuk memberi mereka jawaban dari Al-Qur’an. Dengan gaya yang sama, kami berharap anak-anak bisa dekat dan dekat dengan Al-Qur’an. Jika anak kesulitan menghafal Al-Qur’an, itu pertanda baik bahwa karakter Al-Qur’an sedang tumbuh dalam diri mereka.

Pada usia ini, anak secara alami menunjukkan kemandiriannya, menyadari tanggung jawabnya, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak mampu melakukan tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (atau dengan instruksi khusus). Anak-anak juga mulai berpartisipasi dalam pekerjaan rumah tangga dan bagaimana orang tua memperhatikan mereka.

Selain itu, anak-anak memperhatikan kehidupan sosial mereka. Misalnya, ketika dia dibully atau dikucilkan oleh teman-temannya, dia akan merasakan pengaruh masyarakat, dia tidak lagi cuek seperti tahap sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa anak-anak memiliki keinginan untuk terlibat dalam interaksi sosial. Dia memiliki kemampuan untuk memilih teman yang tepat untuknya. Inilah mengapa kita perlu mengembangkan “selera yang baik” pada anak sejak dini. Jika nafsu makannya berkembang dengan baik, kita tidak perlu khawatir dengan siapa dia berteman. Di usia ini, anak sudah bisa memperdebatkan pilihannya.

The Sphere Project

Yang utama adalah anak-anak seusia ini haus spiritual (jika masalah spiritual tidak ditanamkan sejak dini, fitroh ini mungkin tidak muncul). Oleh karena itu, pada usia ini Rasulullah sallallahu alayhi wa sallam memerintahkan kepada orang tua untuk memerintahkan anaknya melaksanakan shalat, termasuk shalat lainnya (Doa dijadikan dasar mengapa anak harus melaksanakan shalat yang lain. Penjelasannya akan diberikan kemudian). Jika tidak ada tanda-tanda religiusitas anak pada usia ini, kita mungkin telah merusak sifat anak sejak dini.

Jika kita memperhatikan pembahasan sebelumnya, sebenarnya Allah telah menetapkan usia anak secara individual. Oleh karena itu, tugas utama orang tua adalah menanam dan menyiram fitroh fitroh. Orang tua berperan dalam menciptakan kondisi agar fitrat ini berkembang pada anak.

Pada tahap 7-9 tahun ini, peran utama orang tua adalah memuaskan dahaga spiritual anak dan menghubungkannya dengan alam gaib. Pertumbuhan mental seorang anak sangat besar. Anak-anak dengan mudah mengikuti orang tua mereka dalam hal pemujaan. Ketika orang tua berdoa, anak juga akan berdoa. Ajari anak untuk melakukan sholat dan ibadah lainnya, seperti sholat, dzikir, dan silaturahmi.

  Jenis Polis Endowment Dimana Premi Dibayar Secara Berkala Dengan Jarak Waktu Yang Sama Dikenal Dengan Nama

Pada usia ini, anak-anak mengembangkan kehausan akan spiritualitas serta kecenderungan untuk berpikir. Jika dihadapkan pada suatu masalah, anak cenderung mundur, sehingga memikirkan masalah tersebut. Shalat memerlukan renungan dan rasa syukur, yang menjadi salah satu hikmah mengapa Rosulullah sallallahu alaihi wasallam memerintahkan anak untuk shalat pada usia ini.

Mendidik Anak: Antara Penghargaan Dan Hukuman

Ajak anak mengamati alam sesering mungkin untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Ajaklah anak-anak Anda untuk melihat siapa yang menciptakan langit biru, yang daunnya diwarnai, burung-burung yang menyukainya, dan banyak lagi. Anak-anak seusia ini senang menerima informasi dari orang tuanya, tidak hanya tentang alam, tetapi juga tentang kisah-kisah mukjizat para rasul dan nabi. Saat diajak mengamati sesuatu, ia tidak akan berpikir bahwa orang tuanya “melebih-lebihkan”, melainkan akan tertarik untuk mengamati dan berpikir. Tidak seperti anak-anak yang lebih kecil, mereka cenderung menganggap orang tua mereka melebih-lebihkan ketika diminta untuk mengamati sesuatu. Jauhkan anak dari gadget, televisi, mainan, dll atau kurangi sebisa mungkin. Karena hal-hal seperti itu merusak pemikiran dan refleksi anak.

Orang tua mengajak anaknya melihat pohon jati dan berkata, “Lihat anakku, ini adalah pohon jati. Pohon ini telah banyak berpuasa. Pada musim kemarau, ia merontokkan daunnya dan membentuk lingkaran batang baru. Setiap tahun , satu lingkaran tumbuh dan berkembang, sehingga kualitas kayunya sangat tinggi. “Ada. Ibarat orang yang berpuasa. Kalau mau kualitas, Nak, cepat…”

Para orang tua mengajak anaknya melihat daun-daun yang berguguran kemudian bertanya, “Nak, tahukah kamu ada berapa daun yang gugur?” Katakan. Anak itu menjawab “Saya tidak tahu …” Kemudian orang tua itu berkata, “Tapi anakku, Allah mengetahui. Allah mengetahui setiap daun yang gugur, karena tidak ada satu daun pun yang gugur kecuali ada tertulis dalam Lawh Mahfudz…”.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, selain untuk mengasah sifat reflektif anak, ceritakan juga cerita teman-temannya kepada anak, tapi juga ajarkan tauhid, fikih, dll, karena ia akan segera menjadi dewasa. Ketika Anda masih muda, Anda menyukai saran seperti orang dewasa. Juga, ajarkan anak tentang fiqih. Menurut fikih Toharoh, orang tua tidak diwajibkan untuk mengajarkan pendidikan seks (sex education) kepada anaknya. Pendidikan seksualitas sebenarnya terdapat dalam fiqh perkawinan dan fiqh perkawinan. Ajarkan fiqh kepada anak-anak menjelang pubertas. Kemudian ajarkan anak-anak fiqih untuk menikah ketika anak-anak tersebut sudah remaja (sekitar SMA). Pendidikan seks tidak harus sendiri, tetapi ada dalam fiqih thoharoh. Ketika pendidikan seksualitas dianggap fikih, anak diingatkan akan hukum dan aturan dari Allah, bukan hanya tentang aurat.

  Borondong Teh Mangrupa Kadaharan

Rahasia Hukum Islam Terhadap Pengharaman A068f359

Ajak anak untuk belajar mencintai agamanya. Bersikaplah lembut dengan ketidaktaatan anak Anda. Bicarakan tentang anugerah, rahmat, dan kenikmatan surga, dan minimalkan pembicaraan tentang neraka, dan anak-anak akan tumbuh dengan cinta kepada Tuhan, bukan rasa takut. Allah sendiri memerintahkan Rosulullah sebagai kabar gembira dan peringatan. Jadi pertama-tama kembangkan cinta kepada Allah, ibadah, Quran dll.

Pujilah anak atas kebaikannya di depan orang yang Anda cintai dan diri Anda sendiri. Untuk perbuatan baik yang paling kecil sekalipun, seperti mengucapkan doa setelah bangun tidur. Karena Allah sendiri juga memuji orang muslim yang melakukan kebaikan sekecil apapun seperti tersenyum saat bertemu muslim lainnya. Perbanyak pujian untuk memotivasi anak, karena kurangnya pujian membuat anak kurang termotivasi untuk berbuat kebaikan. Jangan khawatir dengan pujian yang akan dilontarkan Ria, karena anak-anak belum mencapai tawaran tersebut.

Untuk memberikan kesan yang baik kepada anak tentang ibadah dan perintah agama. Mudahkan, jangan dipersulit. Misalnya, ketika seorang anak diminta berpuasa, jika dia tidak kuat untuk berpuasa pada jam 10, jangan memaksanya untuk berpuasa. Sebagaimana dalam hadits Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wassalaam memberikan mainan kepada anak-anak untuk menghilangkan rasa lapar saat berpuasa, namun anak-anak diperbolehkan berpuasa untuk menghilangkan rasa lapar.

Hadiahi anak atas keberhasilannya, seperti berhasil menghafal surat-surat tertentu atau mengucapkan doa. Hadiah adalah penguat atau pengayaan amal baik anak. Selanjutnya, kita bisa menghentikan pemberian hadiah kepada anak ketika mereka sudah kuat beribadah tanpa perlu memberikannya hadiah lagi. Jangan khawatir anak tergila-gila dengan pemberian itu, karena Allah telah mengatur sikap dalam dirinya.

Aparatur Pa Kota Madiun Mengikuti Bimtek “hadhanah Dalam Perspektif Perlindungan Hak Perempuan Dan Anak” Secara Daring|09 12 2022|