Hikayat Hang Tuah Menurut Teeuw Termasuk Sebagai Karya – Hikayat Hang Tuah adalah salah satu kisah yang paling unik. Hal ini karena memuat garis waktu peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Garis waktu ini tidak ditemukan dalam catatan lain dan bahkan tidak ditemukan dalam sejarah Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu), yang saat ini dianggap sebagai salah satu historiografi terpenting terkait Melaka. Sayangnya, garis waktu ini selama lebih dari dua abad diabaikan oleh semua peneliti Hikayat Hang Tuah, seperti Sulatin Sutrisno, Ahmat Adam, Kassim Ahmad, Hooykaas, Henri Chambert-Loir dan Muhammad Haji Saleh, misalnya, hingga sekarang.

Pendapat sebagian besar peneliti ahli ini sangat beralasan karena mereka hanya melihat Hikayat Hang Tuah dari segi adanya adegan-adegan yang tidak masuk akal, sehingga tidak mungkin digunakan sebagai sumber informasi. tentang peristiwa sebenarnya. Menurut Henri Chambert-Loir, pendapat ini didasarkan pada fakta bahwa selama satu abad dalam Hikayat Hang Tuah, Kesultanan Malaka dipimpin oleh tiga orang yang sama, yaitu Sultan, Perdana Menteri dan Hang Tuah (Henri Chambert-Loir ) . Loir 2011:24).

Hikayat Hang Tuah Menurut Teeuw Termasuk Sebagai Karya

Kassim Ahmad bahkan dengan tegas menyebutkan bahwa Hikayat Hang Tuah terbagi menjadi dua bagian. Bagian permainan dan bagian petualangan. Pada bagian pertarungan, Hang Tuah digambarkan sebagai seorang pendekar: pemberani, garang dan pemberani. Bagian kedua: Hang Tuah bertukar peran diplomat keliling dan sufi (

Hubungan Sunda Dan Jawa Menurut Tome Pires

) bijak, sabar dan perang’, (Kassim Ahmad 1966: xii). Oleh karena itu, Kassim Ahmad kemudian berargumen bahwa bagian pertama ini tidak mungkin ditulis pada masa kemegahan Melayu. Di sisi lain, ketika kesombongan menghilang, Anda harus berpaling dari kenyataan, dan lari mencari kepuasan di tempat lain selain dengan kekuatan Anda sendiri. Inilah gambaran yang dilukiskan pada bagian kedua, bagian yang mencerminkan kejatuhan orang Melayu, (Kassim Ahmad 1966: xii). Dengan kata lain, garis waktu dalam Hikayat Hang Tuah dianggap tidak pernah ada dan Hikayat Hang Tuah, menurut para ahli lainnya, masuk dalam kategori fiksi.

Sayangnya penempatan fiktif dalam Hikayat Hang Tuah sebenarnya tidak berdasar. Banyak novum baru merekam Kisah Hang Tuah Di-utus Ka-Turki, yang kisahnya tercatat di BAB 25 dan 26 di

Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Kuala Lumpur oleh Kassim Ahmad, terbit tahun 1964, bukanlah kisah yang membelakangi kenyataan. Kisah ini bahkan merupakan awal dari kisah Hikayat Hang Tuah. Penulis Hikayat Hang Tuah menjadikannya dasar cerita yang kemudian dilengkapi dengan cerita lain. Baik asal usul raja Melaka, Hang Tuah maupun akhir kisah Hang Tuah dan Melaka.

Hal ini ditunjukkan oleh prolog Hikayat Hang Tuah berdasarkan cerita di Turki. Dalam prolog disebutkan sebagai berikut.

  Berikut Ini Yang Bukan Merupakan Aplikasi Perkantoran Adalah

Sumbangan Tokoh Barat 2

Bismi’llahi’rrahmani’rrahim; wabihi nasta’inu bi’llahi’l-a’la. Inilah kisah Hang Tuah yang sangat setia kepada tuannya dan terlalu berbakti kepada tuannya

Seperti pembukaan Hikayat Hang Tuah, ternyata diambil dan dikembangkan pengarang dari pujian Sultan Roma (Sultan Beyazid II) kepada Hang Tuah. Kemudian Baginda berkata: “

Hai Mangkubumi, tidak apa-apa. Kami mengabulkan apa yang diinginkan utusan, karena dia adalah hamba yang bijaksana dan setia, dia benar-benar ingin melayani tuannya.

‘pahlawan’ dalam kakawin, harus dihadirkan oleh penyair sebagai ‘pahlawan’ di seluruh karyanya, berdampingan dengan korpus karya (

Pdf) The Similarities And Differences Of Hang Tuah And Cindua Mato Characters Persamaan Dan Perbedaan Karakter Hang Tuah Dan Cindua Mato

), (Gerow 1971:29 dalam I. Kuntara Wiryamartana 1990:352). Dalam Hikayat Hang Tuah, pujian-pujian yang ada juga disampaikan kemudian oleh pengarang sepanjang karyanya. Misalnya penyajian kisah hikmah: Nasehat Hang Tuah kepada Sultan Melaka untuk bertanding di istana besar (Raden Emas Ayu) selama 10 hari dan di istana kecil (Tun Teja) selama 7 hari, HHT XII: 233 . Hadirnya kisah kesetiaan misalnya: Mewakili raja saat diterima di Majapahit karena mendengar kabar putri Majapahit tidak lagi dipakai oleh raja Melaka, HHT XIII. Adanya kisah-kisah pengabdian misalnya: Membunuh Hang Jebat yang durhaka kepada raja, padahal Laksamana telah dijatuhi hukuman mati oleh raja, HHT XV – XVII.

Dalam hal ini Hang Tuah sebagai ‘pahlawan’ sepanjang lakonnya setelah membaca kisah Hang Tuah yang dikirim ke Turki. Atau lebih tepatnya, setelah penulis “terinspirasi” ketika melihat pujian Sultan Roma untuk Hang Tuah. Dengan kata lain, kisah dikirimnya Hang Tuah ke Turki bukanlah bagian yang mencerminkan kejatuhan bangsa Melayu, melainkan kenyataan.

Jika dilihat lebih jauh, kisah pengiriman Hang Tuah ke Turki ternyata mengandung banyak unsur catatan sejarah. Catatan sejarah utama dari cerita tersebut adalah sebagai berikut.

Memang, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh Anda. Jadi pemimpin terbaik adalah pemimpin dan tim terbaik adalah orang yang mengalahkannya

Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Sastra Dan Seni (jilid 4)

”, (Félix Y. Siauw 2013: 5). Dan raja itu tidak lain adalah Raja Muhammad Al-Fatih. Dalam catatan sejarah tercatat Raja Muhammad Al-Fatih wafat pada bulan Rabi’ul Awal 886 H (3 Mei 1481 M), (Yusuf Priyadi 2017: 81) atau pada saat proses persiapan Hang Tuah menuju Roma. .

Ketiga Judah adalah pelabuhan yang kasar sehingga kapal besar seperti Mendam Birahi yang digunakan Hang Tuah harus lebih berhati-hati saat berlabuh agar tidak menabrak karang.

Kamar tidur. Mekkah dan Madinah dikuasai oleh Mesir, ditandai dengan kehadiran Kepala Jamaah dari Mesir dan bukan dari Roma.

Kelima Mesir pada tahun 1481-1482 menurut Hikayat Hang Tuah diperintah oleh perdana menteri. Istilah Perdana Menteri menunjukkan bahwa ada struktur kerajaan di Mesir. Uraian Hikayat Hang Tuah ternyata memiliki kesamaan dengan catatan sejarah tahun 1481-1482, Mesir tercatat diperintah oleh Sultan An-Nashir Muhammad bin Qaytabi (872 H/1467 M – 901 H/1495 M). Dia adalah Sultan Mamluk Burji. Sultan inilah yang disebut Perdana Menteri dan yang menerima Hang Tuah. Sedangkan susunan rajanya meskipun tidak terhitung adalah khalifah Abbasiyah Kairo, Mesir, yaitu khalifah Al-Mutawakkil Alā’llāh II (1479 – 1497).

  Bunga Nasional Negara Brazil Adalah

Yayasan Suluh Nuswantara Bakti

Di negara Roma menurut Hikayat Hang Tuah. Informasi tersebut ternyata memiliki relevansi sejarah. Karena sepeninggal Sultan Al Fatih terjadi perang suksesi.

Kedelapan Hang Tuah tinggal di Roma dan diterima oleh Raja Beyazid II, setelah ia menang dalam perang suksesi.

Henri Chambert-Loir dalam menceritakan petualangan Hang Tuah di benua Romawi mencatat sebagai berikut. Masa tinggal Hang Tuah di Rum menempati tempat khusus dalam HHT (25 halaman, yaitu HHT 452-477) dan mencakup beberapa gambaran kota: penggambaran taman yang dibahas di bawah, serta beberapa penggambaran lain yang sepenuhnya klise . Salah satunya, misalnya, melambangkan beberapa tembok dan jalan setapak yang dilihat Hang Tuah saat mendekatinya; gambarannya hampir sama dengan kota Vijayanagar yang disebutkan di atas dan diakhiri dengan kata yang sama, yaitu: ―Kemudian sang laksamana melihat ribuan rumah berhala di kiri kanan jalan dan ribuan masjid. terlalu indah dan ribuan – ribuan toko khatifah yang tersebar di mana semua pedagang melakukan bisnis dan belanja, (HHT 466), Henri Chambert-Loir 2011: 38-39. Dia kemudian menyimpulkan: “Singkatnya, penggambaran kota Rum terdiri dari tiga bagian: satu tentang danaunya (HHT 456), yang kedua tentang tamannya (HHT 456-460), yang ketiga tentang kotanya dilihat dari luar. (HHT 466), dan ternyata ketiga lukisan itu benar-benar disalin dari tiga lukisan lain di kota itu.” (Henri Chambert-Loir 2011:42). Untuk mendukung pandangannya, di bawah ini Henri Chambert-Loir menyajikan perbandingan berbagai bagian teks Hikayat Hang Tuah (edisi Kassim Ahmad, 1971), Sulalat al-Salatin (Sejarah Melayu, edisi Situmorang & Teeuw, 1952) dan Bustan al – Salatin (edisi bab II, 13, oleh Iskandar, 1966) tentang kota Rum (Istanbul), Vijayanagar dan Bandar Aceh, (Henri Chambert-Loir 2011: 47-56). Deskripsi kota Rum (Istanbul) kemudian disimpulkan untuk disalin dari beberapa manuskrip (Henri Chambert-Loir 2011: 46).

Pernyataan Henri Chambert-Loir dan juga para peneliti lain yang sependapat dengannya tentu merupakan informasi yang tidak biasa, karena mereka hanya membuat perbandingan antar teks. Yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah informasi tersebut kemudian dikacaukan dengan informasi yang berkaitan dengan keadaan Istanbul itu sendiri?

Sejarah Sastra Indonesia

Di Istanbul pada masa pemerintahan Muhammad Al Fatih, informasi tentang rumah berhala dan masjid bukanlah hal yang klise. John Freely dalam ‘Muhammad Al Fatih the Conqueror of Constantinople’ mencatat sensus di Istanbul pada era Muhammad Al Fatih. Selain itu, perhatikan hal berikut. Sensus pertama Istanbul yang dilakukan selama periode Ottoman, termasuk Galata, diperintahkan oleh Mehmet II (Muhammad Al Fatih ed.) pada tahun 1477, dua puluh empat tahun setelah penaklukannya atas Konstantinopel, Byzantium. Sensus, yang hanya mencakup rumah tangga sipil dan tidak termasuk kelas militer atau mereka yang tinggal di istana kerajaan, Topkapi Sarayi dan Eski Sarayi, menghitung keluarga dari berbagai kategori agama, etnis, dan ras. Hasilnya tercatat 9.486 Muslim Turki, 4.127 Yunani, 1.687 Yahudi, 437 Armenia, 267 Genoa, dan 332 keluarga Eropa dari tempat-tempat selain Genoa. Total populasi Istanbul, menurut sensus, diperkirakan antara 80.000 dan 100.000 orang, dua kali populasi yang menduduki kota sebelum penaklukan. Hingga 70 persen penduduk yang tinggal di kota benteng Istanbul adalah Muslim Turki dan sisanya non-Muslim (John Freely 2019: 314).

  Pernyataan Yang Tepat Tentang Pembudidayaan Ikan Adalah

Keberadaan agama, etnis dan bangsa di Istanbul memungkinkan keberadaan rumah ibadah mereka. Hal ini diperkuat dengan informasi bahwa meskipun Hagia Sophia disulap menjadi masjid atau Aya Sofya, Gereja Agung Kebijaksanaan Ilahi disulap menjadi Aya Sofya Camii Kabir (John Freely 2019: 66), tetapi Muhammad Al Fatih juga tercatat. karena masih membuka kesempatan seluas-luasnya bagi umat Kristiani untuk beribadah di rumah ibadahnya (Felix Y. Siauw 2013: 259).

Begitu pula gambaran kota Rum (Istanbul) dalam Hikayat Hang Tuah yang dikisahkan memiliki gambaran yang sama dengan Bandar Aceh dalam Bustan al-Salatin sehingga dianggap menjiplak dari situ. Pertanyaan menggelitik segera muncul. Sejak kapan Bandar Aceh memiliki budidaya gandum dan anggur yang pada saat itu merupakan budidaya masyarakat subtropis. Dalam catatan sejarah, penanaman gandum dan anggur tidak pernah dilakukan oleh Aceh, melainkan dilakukan oleh Roma.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa gambaran kota Roma tidak disalin dari naskah lain, melainkan dari naskah lain yang disalin dari sumber yang digunakan oleh penulis Hikayat Hang Tuah. Hal ini dikarenakan sumber yang digunakan penulis Hikayat Hang Tuah mengacu pada kronologi tahun 886 Hijrah (1481 M), atau lebih tua dari sumber itu.

Kunci Jawaban & Pembahasan Bmr Bab 2 Kelas Xii