Dalam Sebuah Hadits Rasulullah Menyuruh Agar Bersaksi Berdasarkan Kebenaran Sekalipun Hal Itu Tidak Diminta Oleh – Apakah kamu suka buku ini? Anda dapat menerbitkan buku Anda secara online secara gratis dalam hitungan menit! Buat flipbook Anda sendiri
Pendidikan Agama Islam dan Sifat-Sifat Kelas X SMA/SMK Bab 2 | Pahami hakikat dan wujudkan persatuan dengan Syu’abul (cabang) Iman Hidup lebih nyaman dan berkah 34 35 Kisah manis dan hikmah seorang panglima perang yang tegas berani menolak segala persembahan yang bersifat duniawi, demi menjaga keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. (Dikutip dari: Hiburan Orang Alim, 101 Kisah Nyata dan Penuh Hikmah) F. Wawasan Islam 1. Pengertian Iman Pada dasarnya setiap manusia lahir dengan fitrah keyakinan akan adanya zat yang maha kuasa. Keyakinan ini dalam istilah agama disebut iman. Dalam hal ini, manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah SWT. karena dia masih di dunia roh. Seperti yang ditunjukkan oleh QS. al-A’raf/7: 172 berikut: He َ ل َ ْ ا ب و ق َ ning (anggota Tuhanmu untukku:) ) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah SWT menjadi saksi atas ruh mereka (sambil mengatakan ) “Bukankah Aku Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Ya (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi” (Kami bersaksi) agar pada hari kiamat mereka tidak mengatakan: “Kami memang lalai tentang hal ini.” Iman berasal dari bahasa arab dari akar kata amana – yu’minu – iman, artinya beriman atau beriman. Pengertian iman menurut bahasa berarti kepercayaan, keyakinan, kebulatan tekad atau ketetapan hati. Imam Syafi’i mengatakan dalam bukunya yang berjudul al-‘Umm bahwa yang disebut dengan iman sebenarnya adalah ucapan, perbuatan dan niat, yang salah satunya tidak sempurna jika tidak bersamaan dengan yang lain. Gambar 2.5 “Tuhan dulu, Tuhan lagi, Tuhan terus”
Dalam Sebuah Hadits Rasulullah Menyuruh Agar Bersaksi Berdasarkan Kebenaran Sekalipun Hal Itu Tidak Diminta Oleh
Pendidikan Agama Islam dan Sifat-Sifat Kelas X SMA/SMK Bab 2 | Memahami Hakikat dan Menyadari Keesaan dengan Syu’abul (Cabang) Iman, Menjalani Hidup Lebih Nyaman dan Berkah 36 37 Rukun Iman terdiri dari enam hal yang disebut Rukun Iman yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Beriman tanpa beriman kepada salah satu dari enam rukun iman berarti imannya akan gugur, maka beriman dan beriman kepada enam rukun itu adalah wajib dan tidak boleh ditawar sedikitpun. Keenam rukun iman tersebut meliputi: 1) beriman kepada Allah SWT, 2) beriman akan adanya rasul-rasul yang diutus oleh Allah SWT, 3) beriman akan adanya malaikat-malaikat Allah SWT, 4) beriman dan mengamalkan ajaran suci Kitab Suci. – Kitab-Nya, 5) keyakinan akan datangnya Hari Akhir dan 6) keyakinan kepada qada dan qadar Allah. Rukun utama iman ini disebutkan dalam QS. an-Nisa/4:136 yang artinya sebagai berikut: Hai orang-orang yang beriman! Tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Quran) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa tidak beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhir, maka orang itu memang telah tersesat sangat jauh. 2. Pengertian Iman Syu’abul Menurut Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi dalam kitab Qamiuth-Thughyan ‘ala Manzhumati Syu’abu al-Iman, iman terdiri dari enam rukun yang disebutkan di atas, memiliki beberapa bagian (elemen) dan perilaku yang dapat menambah amal manusia jika dilakukan semua, tetapi juga dapat mengurangi amal manusia jika ditinggalkan. Ada 77 cabang iman, dengan masing-masing cabang merupakan amalan atau perbuatan yang wajib dilakukan oleh seseorang yang mengaku beriman (beriman). Tujuh puluh tujuh cabang itu disebut iman syu’abul. Jika 77 latihan dilakukan sepenuhnya, maka iman itu sempurna, tetapi jika ada yang dihilangkan, maka kesempurnaan iman itu berkurang. Jika setiap muslim dapat menghayati dan mengamalkan masing-masing dari 77 rukun iman tersebut, maka ia pasti akan merasakan nikmat dan nikmatnya mengamalkan hakekat iman dalam kehidupan. 3. Argumen Naqli tentang amalan keimanan Syu’abul yang merupakan salah satu cabang keimanan yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad saw. diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Hurairah RA:
Pdf) Hadis Pada Masa Nabi Muhammad Saw Dan Sahabat
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X SMA/SMK Bab 2 | Memahami diri sendiri dan mewujudkan persatuan dengan Syu’abul (cabang) Iman Hidup lebih nyaman dan berkah 36 37 ٌ ْ ع ِض ب ْ و َ َ ا ْ ن ُ و ْ ع َ ب َ س ِ ِاي ْ ل ِ ص صلى الله عليه dan: ا ّٰ ُ الل ْ ل ُ و َ س ر الا ق ا menyala ب ْ ْ ا َ ن ع ُ اء ي ح ْ َ ال ْقِ و ِ ي ّ ر ِ الط ن ى ع ذ ا ْ الط ا ّ ر ِ الط ن ى ع ذ ا ْ الط ا ِ ْ ذ ا ا ْ الا تند و َّ االال َ اِ ل ه ٰ ااِ ل َ ُ ل ْ ل و َ ا ق ه ُ ل َ ْ ض ف َ ا ع ع صن ع سن )رواه مسل ْ م ِاي ْ َ ال ِ من ٌ َة ْ ب ُ ع ش Artinya : Dari Abu Hurairah ra. bersabda, Rasulullah SAW. bersabda: Iman memiliki tujuh (tujuh) cabang yang paling utama, bersabda: Iman memiliki tujuh (tujuh) cabang yang paling utama laa ilaha illallah, dan yang paling kecil adalah menyingkirkan apa yang akan menghalangi orang di jalan, dan malu adalah salah satu cabang iman (HR. Muslim) Sabda Rasulullah SAW lainnya yang berkaitan dengan cabang iman adalah sebagai berikut: Dari Anas r.a., dari Nabi SAW bersabda, tiga hal barangsiapa yang memilikinya maka dia akan merasakan manisnya iman.(yaitu) menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya lebih dicintai dari yang lain, mencintai (sesuatu) semata-mata karena karena Allah SWT. dan benci kekufuran, karena benci dilempar ke dalam api neraka. (HR. Bukhari Muslim) Kegiatan 2.4 Baca bagian berikut dengan seksama!1. Iman, Islam dan ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Semuanya berjalan beriringan. Barangsiapa mengurangi atau memisahkan salah satunya, maka ia telah mengurangi sebagian dari agamanya. Ada tingkatan iman, Islam dan ihsan. Misalnya, seseorang yang imannya masih lemah, kemudian dia shalat tetapi tidak khusyuk, tidak menghormati perbuatannya dan masih sering berbuat dosa. Sedangkan orang yang imannya telah mencapai tingkat ihsan maka akan khusyuk dalam shalatnya, menjaga akhlaknya, menjalankan sunnahnya dan shalat ini akan menguatkannya dari perbuatan maksiat. 2. Diskusikan di kelas, apa pendapat Anda tentang wacana tersebut? Jelaskan bagaimana akibat dari seorang mukmin! 3. Presentasikan hasil diskusi Anda secara bergiliran di depan kelas!
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X SMA/SMK Bab 2 | Memahami Hakikat dan Mewujudkan Keesaan dengan Syu’abul (Cabang) Iman Hidup Lebih Nyaman dan Berkah 38 39 4. Macam-macam Iman Syu’abul Ada beberapa ahli hadits yang menulis risalah tentang iman syu’abul atau cabang-cabang iman. Di antara ahli hadits tersebut adalah: a.Imam Baihaqi RA yang menulis kitab Syu’bul Iman; b.Abu Abdillah Halimi RA dalam kitab Fawaidul Minhaj; c.Syekh Abdul Jalil RA dalam kitab Syu’bul Iman; d. Imam Abu Hatim RA dalam kitab Washful Iman wa Syu’buhu Para ahli hadits ini menjelaskan dan merangkum 77 rukun iman ke dalam 3 kategori atau golongan berdasarkan hadits Ibnu Majah berikut ini: ِب ْ ل َ ق ْ ِال ب ٌ ة ة ْ ر َ ع ُ م َان ْ م ِاي ْ ل ِ ِ صلى اله عليه وسلم: ا ّٰ الل ل ل و و س ر ر الم ب َ ِ أ ْن ِ ب ّي ِ ل ِ ْ َ ِ أ ْن ِ ب ِ ل ِ ْ َ ِ أ ْن ِ ب ِ ل ِ ْ َ ِ أ ْن ِ ب ِ ل ِ ْ َ ِ أ ْن ِ. رواه ابن ماجه( ر َ ْك ر َ أ ْ ِاال ب ٌ َ ل َ م َ ع َ ِان و ِ ِ ِالل ب ٌ ْ ل و َ َ ق و Artinya: “Dari Ali bin Abi Thalib r.a. bersabda, Rasulullah SAW bersabda: iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan perwujudan perbuatan” (HR. Ibnu Majah). Dengan kata lain, dimensi iman itu menyangkut tiga ranah, yaitu: 1. Ma’rifatun bil qalbi, yaitu beriman dengan hati 2. Iqrarun bil lisan